danau toba

danau toba
selalu ingin kesana

Jumat, 22 Oktober 2010

Bapak jadi sombong!

           

Aku tahu... saat seseorang itu sudah meninggal saat itu juga hubungannya dengan manusia sudah terputus.

Setelah hampir lima tahun bapak punya rumah baru, rumahnya tidak pernah dibuka-buka oleh siapapun.  Bapak sendiri enggan membukanya. Bahkan saat dikunjungi pun bapak tidak mau membukanya apalagi mempersilahkan masuk, kami hanya boleh dipintunya saja. Tidak ada percakapan apalagi canda tawa. Kami hanya berbicara dari hati ke hati. Bapak tidak mau menerima makanan dan minuman sekalipun itu makanan dan minuman kesukaannya. Buat bapak lebih berharga setangkai bunga daripada itu semua. Tapi kami tidak mau saja mematuhi itu. Kadang kami memanggil dia, mengajak bicara dan bercanda. Tapi bapak tetap diam, diam seribu bahasa. Sesekali bapak kami suruh merokok, kami nyalakan rokoknya tentu kami menaruhnya diatas pintu rumahnya. Bapak tak kuasa menolak itu, rokok itu dihisapnya sampai habis dan kami akan senang sekali. Akhirnya bapak luluh. Mungkin bapak betah dengan teman barunya dan tidak mau diganggu oleh siapapun bahkan kami anak-anaknya, mama istrinya, saudara-saudaranya, juga keponakan-keponakannya. Bapak tidak pernah merindukan kami seperti kami merindukan dia.


Sebulan kemarin saudara-saudara bapak berencana membuka rumah bapak. Teman bapak yang disana mau pindah rumah tapi bapak nggak ikut. Katanya bapak belum boleh pindah rumah dan bapak masih betah disana. Iya, bapak nggak pindah rumah, tapi pintu rumah bapak harus dibuka. Harusnya kami senang, tapi ternyata tidak. Malah berbalik sedih, karena bapak nggak akan mau menyapa kami. Nggak akan berbagi cerita tentang rumah baru dan teman barunya, bapak akan bertahan dalam diam. Akhirnya kami memutuskan nggak ikut dalam acara pembukaan pintu rumah bapak tersebut. Bapak sombong!!

Hari ini, rumah bapak telah dibuka. Sepupuku ada disana(anak adik bapak) menyaksikan rumah bapak dibuka. Sebelumnya aku sudah pesan bila kesana bawa supermi jangan lupa pakai telor. Tadi dia sms, rumah bapatua sudah dibuka, tapi ada insiden. Terjadi kesalahan, rumah bapatua yang 'kecil' sempat dibuka. "Ngeri" bapak menangis, katanya. Pikiranku kacau balau. Aku langsung lemas, keringat dingin, dan gemetaran, perasaanku campur aduk. Aku tidak sanggup menanyakan ada apa? kenapa? bagaimana? apalagi bertanya tentang supermi.

Tadi aku telepon bapaudaku adik bapak. Ku buat suaraku setegar mungkin, yang walaupun aku yakin bapauda mengetahui kesedihanku. Aku menanyakan kesalahan tersebut, entah untuk menjaga perasaanku atau apalah bapauda mengatakan tidak terjadi apa-apa. Hanya mengeser sedikir rumah kecil bapak agar temannya bisa dipindahkan. Kan bapak belum boleh pindah rumah, katanya. Bapauda sedih, menangis. Benar kan?! Bapak memang sombong, sudah lupa. Bapak tidak menjawabnya, membuka rumahnya yang 'kecil' itupun nggak mau. Kata bapauda rumah kecilnya masih bagus, jadi untuk mengintip pun susah. Bapak, bapak! Seenak apakah disana sehingga bapak nggak mau pulang? Apa yang terjadi disana sehingga untuk menyapa kami pun bapak enggan. Ceritalah pak... kami juga punya cerita buat bapak, banyak sekali. Tunggu pembalasan kami ya pak! Jika kami nanti pindah rumah ke rumah bapak kami nggak akan mau berbicara dengan bapak, menoleh pun tidak. Ingat itu ya pak!

Aku dan adik-adik sudah mewanti-wanti mama semenjak ada rencana pembukaan rumah baru bapak. Kami yakin mama tidak akan mampu melihat adegan itu. Kami menyarankan agar mama berada agak jauh dari rumah bapak. Mama pasti sedih menahan rindu, suami tercinta yang sudah menemaninya berpuluh-puluh tahun tega meninggalkannya. Dan mama pasti punya pikiran, untuk apa menunggu dipintu rumahnya, toh dia akan diam seribu bahasa, sudah tidak mencintaiku lagi seperti dulu. Tadi, saat aku telepon bapauda, aku sempat menanyakan mama."O.. akkang ada (harus). Berdiri agak jauh disana, mengintip-intip ke arah rumah abang," kata bapauda. Kasihan mama, mungkin saja mama ingin berbagi cerita, mungkin saja mama mau mengatakan kalau mama cinta mallapak ke bapak sehingga mama nggak mau kawin lagi padahal bapak sudah meninggalkannya. Mungkin saja... mungkin saja... mungkin saja. Tenang mam... nanti kita balas perbuatan bapak. Yah.. kalau mama saat ini sedih ya wajar dong! Kan masih cinta, masih sayang. Tapi jangan lama-lama sedihnya, nanti mama sakit, kan jadi repot. Biarkan dia dengan rumah barunya, teman barunya. Mama cukup bicara dari hati ke hati, hanya itu yang bapak mau. Tapi jangan buka rahasia, brondong-brondong mama jangan ceritakan, cukup hanya kita yang tahu, bapak bisa marah besar, nanti mama dipanggil menemani bapak. Mama cukup bercerita yang biasa-biasa saja. Oke mam?!


Sudah lewat dari tengah hari, mungkin rumah bapak sudah ditutup kembali. Pak... baik-baik disana. Janganlah bapak jadi sombong. Semua orang tahu kalau bapak orangnya menyenangkan, supel, humoris. Jika memang bapak tidak diperbolehkan untuk menyapa dan berbincang-bincang dengan kami nggak apa-apa pak! Kami cuma mau memastikan kalau bapak disana baik-baik saja, bapak senang dengan kehidupan disana. Pak, disana enak ya? Ngopi-ngopi dirumah Yesus, bersenda gurau dengan malaikat-malaikat, terbang kesana kesini, kelangit kebumi mordong seperti dulu! Nanti ceritakan lewat mimpi saja ya pak...

Oo... satu lagi ya pak, jangan lupa cari teman-teman bapak disana. Sudah banyak teman bapak yang menyusul. Salah satunya tulang sarlen teman akrap bapak itu? Cari ya pak....
Jangan coba-coba ganti nama pak.. sekali mordong tetap mordong! Satu lagi, jangan mencari teman dari antara kami. Ingat itu! Aku nggak suka! Sampaikan pesanku sama Tuhan Yesus, yang itu pak, bapak tahu kan maksudku? Ya sudahlah, pergilah bersenang-senang, Sampai jumpa di rumah Bapa!
We love U mordong....


antik, 23 okt '10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar