danau toba

danau toba
selalu ingin kesana

Senin, 10 Januari 2011

KIRI BANG....

Mereka berkelompok. Satu kelompok 4-5 orang. Mereka seolah-olah tidak kenal satu sama lain. Satu-dua orang naik duluan, kira-kira seratus meter kemudian temannya naik lagi, dan begitu seterusnya. Sopirnya bisa saja adalah kelompok mereka, dan perempuan pun sudah ada juga yang ikut dengan mereka. Biasanya mereka tidak mau duduk berdekatan, selalu mengusahakan duduk diselingi penumpang yang lain. Yang satu pura-pura sakit, yang lainnya menolong. Grasak-grusuk dan mereka pun beraksi. Berhasil!!!!

Pagi tadi aku ke cibinong naik angkot. Didalam angkot ada dua penumpang, satu laki-laki berumur 30 tahunan duduk di bangku yang isinya enam orang. Satu lagi perempuan muda berjilbab duduk di bangku yang isi empat orang dan aku duduk di sebelah kirinya. 


Kira-kira 200 meter persisnya di anggada, naik satu orang laki-laki berumur tigapuluhan. Matanya sedikit agak besar dan pandangannya sayu. Kata orang mata ganjaan dan duduk di pojok disebelah kanan laki-laki yang tadi sudah didalam. Angkot belum bergerak, naik lagi,seorang laki-laki yang lebih tua dari yang barusan masuk.  Aku bergeser dekat pintu agar sibapak itu duduk didalam. Tapi dia nggak mau malah duduk dekat pintu. Sibapak ini batuk-batuk dan sesekali buang ludah. Matanya jelalatan dan aku paling benci melihat mata seperti itu. Sedikit demi sedikit dia bergeser. Yang tadinya ada jarak dari aku sekarang malah jadi nempel, bahkan dengan perempuan disebelahku dan sering juga curi-curi pandang ke si bapak yang kedua.


Kiri... kata sibapak yang kedua. Mobil berhenti. "Ini ramayana ya?" dia bertanya. Aku dan perempuan yang satu lagi menjawab "bukan, ramayana masih jauh". Memang masih jauh... ini masih di PLN. Mobil bergerak kembali. Aku curiga. Aku tidak membawa tas, hanya dompet berisi handphone dan duit yang akan kubelanjakan di cibinong. Mata mereka sering hinggap di dompet ku itu. Jika orang-orang ini benar-benar copet dan aku bernasib sial, mampuslah aku. Aku tidak mencurigai penumpang yang sudah ada di angkot sebelum aku naik. Tapi bisa saja mereka memang sekelompok.


200 meter kemudian angkot berhenti, seorang laki-laki umur tigapuluhan naik dan membawa tas kantor.  Matanya jelalatan. Duduk di antara laki-laki yang di bangku isi enam. Kecurigaanku pun bertambah, dan aku deg-degkan. Mobil belum bergerak... KIRI  BANG!!!!!!!


Sebenarnya aku berharap mereka adalah orang biasa sama seperti aku. Dan meskipun aku memutuskan untuk turun sebelum sampai, aku hanya menghindari sesuatu yang tidak kuinginkan. Aku hanya mengikuti kata hatiku dan menjauh dari orang-orang yang mencurigakan. Mereka benar-benar persis dengan ciri-ciri sekelompok pencopet. 

Jika mereka memang sekelompok pencopet, apa mereka berhasil? Siapa yang jadi korbannya? Sejujurnya aku ingin mereka tidak mendapat apa-apa. Biar mereka kesal dan akhirnya jera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar