danau toba

danau toba
selalu ingin kesana

Jumat, 22 Oktober 2010

Bapak jadi sombong!

           

Aku tahu... saat seseorang itu sudah meninggal saat itu juga hubungannya dengan manusia sudah terputus.

Setelah hampir lima tahun bapak punya rumah baru, rumahnya tidak pernah dibuka-buka oleh siapapun.  Bapak sendiri enggan membukanya. Bahkan saat dikunjungi pun bapak tidak mau membukanya apalagi mempersilahkan masuk, kami hanya boleh dipintunya saja. Tidak ada percakapan apalagi canda tawa. Kami hanya berbicara dari hati ke hati. Bapak tidak mau menerima makanan dan minuman sekalipun itu makanan dan minuman kesukaannya. Buat bapak lebih berharga setangkai bunga daripada itu semua. Tapi kami tidak mau saja mematuhi itu. Kadang kami memanggil dia, mengajak bicara dan bercanda. Tapi bapak tetap diam, diam seribu bahasa. Sesekali bapak kami suruh merokok, kami nyalakan rokoknya tentu kami menaruhnya diatas pintu rumahnya. Bapak tak kuasa menolak itu, rokok itu dihisapnya sampai habis dan kami akan senang sekali. Akhirnya bapak luluh. Mungkin bapak betah dengan teman barunya dan tidak mau diganggu oleh siapapun bahkan kami anak-anaknya, mama istrinya, saudara-saudaranya, juga keponakan-keponakannya. Bapak tidak pernah merindukan kami seperti kami merindukan dia.


Sebulan kemarin saudara-saudara bapak berencana membuka rumah bapak. Teman bapak yang disana mau pindah rumah tapi bapak nggak ikut. Katanya bapak belum boleh pindah rumah dan bapak masih betah disana. Iya, bapak nggak pindah rumah, tapi pintu rumah bapak harus dibuka. Harusnya kami senang, tapi ternyata tidak. Malah berbalik sedih, karena bapak nggak akan mau menyapa kami. Nggak akan berbagi cerita tentang rumah baru dan teman barunya, bapak akan bertahan dalam diam. Akhirnya kami memutuskan nggak ikut dalam acara pembukaan pintu rumah bapak tersebut. Bapak sombong!!

Hari ini, rumah bapak telah dibuka. Sepupuku ada disana(anak adik bapak) menyaksikan rumah bapak dibuka. Sebelumnya aku sudah pesan bila kesana bawa supermi jangan lupa pakai telor. Tadi dia sms, rumah bapatua sudah dibuka, tapi ada insiden. Terjadi kesalahan, rumah bapatua yang 'kecil' sempat dibuka. "Ngeri" bapak menangis, katanya. Pikiranku kacau balau. Aku langsung lemas, keringat dingin, dan gemetaran, perasaanku campur aduk. Aku tidak sanggup menanyakan ada apa? kenapa? bagaimana? apalagi bertanya tentang supermi.

Tadi aku telepon bapaudaku adik bapak. Ku buat suaraku setegar mungkin, yang walaupun aku yakin bapauda mengetahui kesedihanku. Aku menanyakan kesalahan tersebut, entah untuk menjaga perasaanku atau apalah bapauda mengatakan tidak terjadi apa-apa. Hanya mengeser sedikir rumah kecil bapak agar temannya bisa dipindahkan. Kan bapak belum boleh pindah rumah, katanya. Bapauda sedih, menangis. Benar kan?! Bapak memang sombong, sudah lupa. Bapak tidak menjawabnya, membuka rumahnya yang 'kecil' itupun nggak mau. Kata bapauda rumah kecilnya masih bagus, jadi untuk mengintip pun susah. Bapak, bapak! Seenak apakah disana sehingga bapak nggak mau pulang? Apa yang terjadi disana sehingga untuk menyapa kami pun bapak enggan. Ceritalah pak... kami juga punya cerita buat bapak, banyak sekali. Tunggu pembalasan kami ya pak! Jika kami nanti pindah rumah ke rumah bapak kami nggak akan mau berbicara dengan bapak, menoleh pun tidak. Ingat itu ya pak!

Aku dan adik-adik sudah mewanti-wanti mama semenjak ada rencana pembukaan rumah baru bapak. Kami yakin mama tidak akan mampu melihat adegan itu. Kami menyarankan agar mama berada agak jauh dari rumah bapak. Mama pasti sedih menahan rindu, suami tercinta yang sudah menemaninya berpuluh-puluh tahun tega meninggalkannya. Dan mama pasti punya pikiran, untuk apa menunggu dipintu rumahnya, toh dia akan diam seribu bahasa, sudah tidak mencintaiku lagi seperti dulu. Tadi, saat aku telepon bapauda, aku sempat menanyakan mama."O.. akkang ada (harus). Berdiri agak jauh disana, mengintip-intip ke arah rumah abang," kata bapauda. Kasihan mama, mungkin saja mama ingin berbagi cerita, mungkin saja mama mau mengatakan kalau mama cinta mallapak ke bapak sehingga mama nggak mau kawin lagi padahal bapak sudah meninggalkannya. Mungkin saja... mungkin saja... mungkin saja. Tenang mam... nanti kita balas perbuatan bapak. Yah.. kalau mama saat ini sedih ya wajar dong! Kan masih cinta, masih sayang. Tapi jangan lama-lama sedihnya, nanti mama sakit, kan jadi repot. Biarkan dia dengan rumah barunya, teman barunya. Mama cukup bicara dari hati ke hati, hanya itu yang bapak mau. Tapi jangan buka rahasia, brondong-brondong mama jangan ceritakan, cukup hanya kita yang tahu, bapak bisa marah besar, nanti mama dipanggil menemani bapak. Mama cukup bercerita yang biasa-biasa saja. Oke mam?!


Sudah lewat dari tengah hari, mungkin rumah bapak sudah ditutup kembali. Pak... baik-baik disana. Janganlah bapak jadi sombong. Semua orang tahu kalau bapak orangnya menyenangkan, supel, humoris. Jika memang bapak tidak diperbolehkan untuk menyapa dan berbincang-bincang dengan kami nggak apa-apa pak! Kami cuma mau memastikan kalau bapak disana baik-baik saja, bapak senang dengan kehidupan disana. Pak, disana enak ya? Ngopi-ngopi dirumah Yesus, bersenda gurau dengan malaikat-malaikat, terbang kesana kesini, kelangit kebumi mordong seperti dulu! Nanti ceritakan lewat mimpi saja ya pak...

Oo... satu lagi ya pak, jangan lupa cari teman-teman bapak disana. Sudah banyak teman bapak yang menyusul. Salah satunya tulang sarlen teman akrap bapak itu? Cari ya pak....
Jangan coba-coba ganti nama pak.. sekali mordong tetap mordong! Satu lagi, jangan mencari teman dari antara kami. Ingat itu! Aku nggak suka! Sampaikan pesanku sama Tuhan Yesus, yang itu pak, bapak tahu kan maksudku? Ya sudahlah, pergilah bersenang-senang, Sampai jumpa di rumah Bapa!
We love U mordong....


antik, 23 okt '10

Sabtu, 16 Oktober 2010

This is not me!

Waktu aku masih kerja, hubungan dengan tetangga biasa-biasa saja. Apalagi tetangga jauh. Hanya sebatas bertegur sapa dan saling lempar senyum. Tak lebih! Kadang tidak kenal sama sekali dikarenakan tetanggaku gonta ganti. Maklum, tinggal dikontrakan. Berangkat pagi pulang sore, malah kadang-kadang malam. Kalau hari libur, cuci otak dan cuci mata. Alhasil tidak ada waktu berkenalan dan ngobrol-ngobrol dengan mereka. Ditambah lagi, akunya memang agak malas berbasa-basi. Jadi suka atau tidak harus terima bila dicap sombong. 


Dua tahun terakhir kegiatanku lebih banyak dirumah. Keluar hanya sesekali bila ada yang perlu. Tidak ada alasan lagi untuk tidak mengenal mereka-mereka. Dari anak-anak sampai yang tua. Walau awalnya masih cuek-cuek gimana gitu... Sekarang aku sudah tahu bahwa si A tinggal di sana, Si B disana dan masih banyak lagi. O.. itu anaknya si A, itu anaknya si B begitu selanjutnya.


Dari anak-anak, remaja. dewasa. ibu-ibu, bapak-bapak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek. Beberapa dari antara mereka ada yang cuma say hello saja. Ada yang cukup lempar senyum saja. Ada yang bertegur sapa dua-tiga kata. Ada yang ngobrol sebentar saja, ada yang sampai berjam-jam yang bikin pekerjaanku jadi terbengkalai. Dari urusan sepele sampai urusan yang serius.


Teman baru. Mereka-mereka inilah teman "baru". Biasa saja sebenarnya. Hidup bertetangga dimana-mana sama. Ciri khasnya bergosip ria. Hari ini ngomongin si A, besok si B. Hari ini didekatin, besok dijutekin. Lumrah-lumrah saja.


Buat aku mereka semua sama. Suku, agama, asal, nggak ada masalah. Tua muda, besar kecil, kaya miskin nggak ada bedanya. Tapi yang menarik perhatianku adalah beberapa nenek. Entah dimulai darimana, bagimana aku bisa dekat dengan nenek ini. Seingatku berawal dari azas menghormati orangtua, menyapa orangtua lebih dahulu dan rasa iba. Karena semua nenek ini hidup prihatin. Akhirnya sampai ke acara berbagi, apapun itu.This is not me! Tapi kasih telah berbicara, dan siapapun tidak ada yang mampu menolaknya.


Ma dedeh, rumahnya hadap-hadapan dengan rumahku. Yang sudah kuanggap seperti saudara. Yang selalu siap dipanggil jika sedang tidak enak badan. Yang selalu siap merapihkan baju yang kekecilan atau kebesaran tanpa mengharapkan upah. Yang tidak pernah lupa membagi makanan atau oleh-oleh. Es campur, kolak dan ketupat tidak pernah lewat setiap tahunnya. Kalau aku memberi sesuatu, eh, si antik.. makasih banyak ya...sudah repot-repot, nuhuuuuunn pisan! enteng jodoh.


Mak, nggak tahu siapa namanya tapi aku menyebutnya sinenek yang suka bilang puji Tuhan. Awalnya dari baju bekas. Kalau ada baju bekas biasanya bingung mau dikasih ke siapa. Tapi ada yang bilang kasih ke sinenek itu saja. Apapun yang dikasih sinenek selalu bilang aduh neng.... makasih banyak. Puji Tuhan ya... Yesus Kristus memberkati, dikasih rejeki sehat selalu, cepat dapat jodoh yang cakep kayak neng. (emang gue cakep??) Suatu waktu mak pulang kampung, dan dia membawakan aku pisang ambon dan labu siam. Hanya ini yang ada dikampung katanya. Mak... ketulusanmu itu yang aku suka.


Bu ida, csnya ma dedeh. sudah bertahun-tahun mengenalnya, ya tapi itu tadi. Dekatnya karena ma dedeh, mereka teman ngaji. Nenek ini nggak pernah menyangka aku seramah ini, mengingat waktu dulu yang tidak pernah berbasa basi. Nenek ini sama seperti yang lain, makasih tante... rejekinya berlimpah biar bisa menolong nenek. Nek doain biar cepat dapat jodoh yang baik.


Nenek Ciah, sicantik yang gesit dan pintar padahal sudah renta. Harus menghidupi dirinya dan anaknya yang "sakit", dibantu oleh saudaranya. Dulu aku hanya lempar senyum, memang tidak bisa dihindari karena hampir tiap hari melewati rumahnya. Aduh.... baik bangat yah, sudah repot-repot, ucapnya. Baru-baru ini sinenek kesusahan mencari wartel untuk menghubungi keluarganya. Aku usulkan untuk membeli handphone saja. Konsekwensinya harus kuterima. Aku harus mengajarinya dengan sabar, menjawab semua pertanyaannya. Yang bikin nggak tega, setiap handphonenya berbunyi dia lari kerumah padahal sms promo yang nggak penting. Kasihan!


Bu Acih, sicina yang menjadi bahan tertawaan, menyebalkan. Alih-alih nggak mau berdosa akhirya kuladeni saja. Tadinya suka menawarkan apa saja, lumayan buat nambah-nambahun makan, katanya. Si 'ncik yang satu ini suka numpang telepon anaknya. Awalnya seberapa pulsa yang terpakai, dia bayar pula sesuai dengan yang terpakai padahal paling duaribu rupiah. Bayarannya ku ambil, dengan alasan kalau gratis nanti jadi tiap hari teleponnya. Malu sama diri sendiri, daripada mengambil bayarnya akhirnya ku sms saja anaknya biar di telepon balik. Makasih ya... murah rejeki, anak saya juga puji Tuhan nikah sama yang puji Tuhan, katanya.


Neneknya nadia ibunya agus teman aku, nggak tau namanya siapa cukup kupanggil dengan mak. Sinenek yang juga pengen menikmati indahnya hidup. Suatu kali dia memakai rantai kue kaleng yang berwarna emas sebagai kalungnya. Tahu kan akibatnya apa mak? Miris! ya ampun neng... makasih banyak, hati-hati ya neng... selalu itu yang diucapkan.


Masih banyak nenek-nenek yang lain. Tapi yang inilah yang paling dekat dan menyentuh. Hati bisa berubah hanya dengan melihat, bertutur tanpa harus mencampuri kehidupan mereka. Tak ada yang menyangka, ibuku sendiripun apalagi aku. Apabila kasih sudah bekerja semua bisa berubah. Nenek-nenek ini telah menunjukkan kasihnya, hatiku yang sekalipun sudah membeku menjadi cair. Rontok!


Nek, mak, bu, 'nci.... tak pernah berniat untuk angkuh. Siapapun kalian, kalian telah mengajarkan arti mengasihi, menghormati, menghargai, berbagi. Apapun itu, doa kalian diatas segalanya. Aku tidak berhak meminta umur panjang untuk kalian karena memang sudah tua, sehat dan bahagia itu yang kuharapkan disisa waktu kalian. Jangan pernah berhenti mendoakan aku untuk hidup yang lebih baik. Trimakasih untuk kebersamaan ini...





Selasa, 12 Oktober 2010

Sungguh... aku tidak menginginkan ini

Kau tak pernah tau apa yang kurasakan...
Kau tak pernah tau betapa aku tak bisa menahan ini...


Entah dimulai dari mana kau dan aku menjalani itu semua tanpa beban syarat. Selalu ingin berdua menghabiskan hari-hari ditemani canda tawa dan sesekali diselingi pertengkaran yang menyadarkan bahwa kita sangat bahagia dan saling mencintai. Kau dan aku tak pernah menyesali melewati kebersamaan itu.

Suatu waktu aku harus pergi tanpa kata perpisahan tanpa kesepakatan. Tak mudah untukku menjalani, tak mudah untukku meninggalkanmu. Kesedihan yang begitu dalam dan airmata yang menetes selalu setia menemani. Aku pergi membawa itu. Entah apa yang kau rasakan, entah apa yang terjadi denganmu.

Aku kembali, membawa rindu membawa cinta membawa sejuta cerita.Tapi aku tidak menemukanmu. Kau tak ada, kau hilang tak ada yang tau. Aku kecewa, sedih, aku menangis.Bercampuraduk perasaanku saat ku tau semua yang terjadi denganmu. Tiba-tiba... kau hadir dengan kebisuan. Ingin aku memelukmu mendekap erat menumpahkan kerinduan tapi semua tertahan. Kau bukan yang kukenal, kau berbeda, kau berubah. Kemana senyum manismu? kemana suara khasmu? kemana manjamu? Kau seperti tak kukenal.

Kau menahanku untuk tinggal, menemanimu, mendampingimu merajut kasih menggapai impian-impian kita. Walau kau sadar kau sudah tidak semanis yang dulu. Tapi kau berusaha menyakinkan aku kalau kau akan baik-baik jika dengan aku, kau akan hancur jika tidak dengan aku, kau memohon, tapi aku menolak. Itu tak mungkin. Kau ingin aku membawamu, sesuatu yang sulit buat aku. Sekali lagi aku menolak. Bukan menolak cintamu, bukan menolak dirimu aku menolak keadaan. Datanglah lain waktu.... aku menunggumu! Hanya itu yang kuucapkan.

Sesuatu yang tak pernah kuinginkan terjadi. Kau hidup dengan yang lain. Saat mengetahui itu apakah kau tau kau telah menghancurkan semuanya? Kepedihan yang sangat mendalam, hidupku kacau, berantakan tak bertujuan. Kau akhiri semuanya. Kau dengan dia menjalani kehidupanmu, sementara aku masih sendiri. Ditemani cintaku, keinginanku yang kusimpan jauh dilubuk hatiku hanya untuk kau.

Aku datang, tak berharap bertemu denganmu, tak ingin. Tapi dunia kita sempit. Pertemuan tidak bisa dihindari. Kau menghadiahkan senyum manismu kusambut dengan senyum terindahku. Hanya itu tapi mampu mengingatkan kembali, membangunkan semua yang sudah kita lalui, semua kenangan yang terlalu indah dilupakan, yang terlalu sedih dikenangkan.

Hari itu... hari yang sangat menyedihkan untuk aku, kau hadir. Kembali senyum manismu kau hadiahkan, namun kali ini tak dapat kubalas dengan senyum terindahku, kau tau itu aku tak bisa. Kau mengajakku untuk bertemu, aku menolak, berjuta-juta cara kau buat merayuku, berjuta-juta pula alasanku menolakmu. Kau mengatakan, aku takut. Iya, aku takut. Tapi bukan ketakutan yang seperti kau pikirkan. Aku takut dengan cintaku, dengan rinduku, dengan keinginanku untuk memilikimu. Kau marah, marah sekali. Kau menyalahkan dirimu sendiri, kau mengatakan kaulah penyebab kesendirianku, kau penyebab semua yang terjadi dengan hidupku. Kau tak pernah menginginkan dia, kau tak bahagia, itu katamu.
Pernah kau berniat meninggalkan itu semua demi aku, demi cintaku, demi kebahagiaanku, aku senang, senang sekali. Kembali kesadaran mengingatkan itu tak mungkin dan tak boleh terjadi.

Malam itu... tak pernah aku berhayal memimpikanmu. Berpikirpun tidak apalagi mengundangmu. Tapi kau hadir, kau bawa semua yang kuinginkan darimu. Senyummu, candamu, manjamu. Kembali kita menjalani kebersamaan itu, kau nyanyiakan sebuah lagu yang sangat kusuka jika kau yang menyanyikannya, sangat bahagia. Aku terbangun!

Apakah kau tau betapa menderitanya aku, apakah kau tau betapa tertekannya aku, apakah kau tau betapa tersiksanya aku. Apakah kau tau betapa aku tak sanggup menahan ini semua. Kumohon jangan ulangi lagi, sungguh.... aku tak menginginkan ini. Tak pernah!


Catatan,
Saat menulis ini tak dapat kubendung airmataku. Aku menyimpulkan bahwa aku sangat mancintainya.Sangat kehilangan.

Senin, 11 Oktober 2010

AKU DAN FACEBOOK

Facebook...
Siapa yang tidak tahu facebook sekarang ini? Atau mendengarnya? Mungkin hanya "orang tua dan orang kampung". Awalnya facebook hanya dibeberapa kalangan saja kemudian sampai di kalangan saya. Facebook dengan cepat menjalar kemana-mana, tidak ada yang mampu menahannya kecuali siempunya mencabutnya.

Saya termasuk orang yang gaptek (gagap tekhnologi). Lagi sibuk-sibuknya orang berfacebookria saya hanya diam seolah-olah tidak butuh padahal penasaran. Menurut saya hanya orang yang mempunyai handphone bagus dan mahal yang bisa menikmati facebook. Kebetulan handphone saya bukan handphone bagus dan mahal, dan saya memutuskan sendiri bahwa handphone saya tidak memenuhi syarat untuk menikmati facebook. Kebodohan yang sengaja terpelihara

Saya pernah menanyakan itu kepada adik saya yang lelaki. "Tar, seperti apakah facebook itu?" Dia jawab: "Pertemanan di handphone. Kita bisa mencari siapa saja yang kita kenal hanya dengan mengetik namanya. Kita bisa memberi komentar disetiap status yang sudah menjadi teman kita, bagitu sebaliknya, bla bla bla". Semudah itu. "Oooo..." jawab saya.
Entah apa yang ada dipikiran ketiga adikku ketika mereka sudah sangat menikmati facebook tersebut tanpa mengajak saya untuk menjadi penikmatnya.

Hampir satu tahun mereka menikmati itu.Sesekali mereka menunjukkan kepada saya jika ada status atau foto yang lucu. Atau jika ada teman baru mereka yang saya kenal. Suatu hari seorang adikku yang perempuan berkata: "handphone siAntik ternyata bisa facebook'kan"! "o ya?" jawab saya. Dia menerangkan sedikit bagaimana cara memakainya. Dalam hati saya, buat apa? Emang saya punya? Ooo...! Ooo...! Hanya itu yang keluar dari mulut saya dan berkata dalam hati, kenapa nggak kau buatin?

Suatu waktu adik lelaki saya berkata: Saya sudah buat facebook buat antik. Saya tentu senang, dan menunggu reaksi adik perempuan saya. Mereka tertawa. Ada yang berkata demikian. Carilah nanti si lasta, si enni, si bumi entah siapa lagi. Ooo... hanya yang seumuran yang berteman difacebook ini pikirku. Nanti si antik hanya akan sibuk dengan facebooknya, tambahnya lagi. Separah itukah? Apa mereka juga demikian?

Yah... tiada hari tanpa facebook! Saya menikmatinya. Kadang-kadang adik-adik mentertawakan saya. Saya bingung, ada yang salah? Kadang-kadang mereka bercerita ke teman kalau saya ber-facebook dengan tertawa. Kadang-kadang jika saya meng'add sepupu-sepupu yang jauh dibawah umur saya. Komentarnya begini: si antik???? Bingung lagi saya, kenapa?

Kemudian saya menyimpulkan sendiri kejadian demi kejadian. Ooo...menurut mereka hanya umur tigapuluh kebawah yang boleh facebookan dan yang hanya seumuran. Kalau diatas tigapuluh yang mempunyai pekerjaan tertentu saja. Atau hanya yang gaul-gaul saja. Makanya mereka tidak dari awal mengajak saya. Makanya mereka mentertawakan saya. Makanya mereka heran ketika saya muncul di wall mereka. Semoga saja tidak. Dan memang salah. Saya berteman dengan semua kalangan disini. Kecuali anak-anak karena memang tidak diperbolehkan.

Belakangan ini saya menggunakan komputer. Jauh lebih baik menggunakan komputer dibanding handphone, apalagi handphone saya, jauh sekali bedanya. Dengan leluasa saya bisa membuka-buka foto, catatan-catatan, video. Banyak lagi dan banyak lagi. Satu yang pasti. Saya bisa mengobrol dengan teman. Bilangnya chatting.

Banyak ilmu yang didapat, termasuk otak-atik komputer. Banyak hal yang bisa dibahas disini. Kepedulian, tulus atau tidak, komentar kawan-kawan sangat menyemangati. Apalagi untuk yang sedang bersedih. Lucu-lucuan, ledek-ledekan, bernostalgia. Situasi nasional sering jadi pembahasan. Mengkritik pejabat-pejabat bahkan mencaci-maki. Dan tidak akan ada yang sakit hati, karena sampai saat ini yang saya tahu balum ada yang berurusan dengan polisi.

Saya di add. Pangajian Pane, entah dasar apa dia meng'add saya dan langsung saya konfirmasi. Seperti biasa hanya sekedar komentar-komentar.
Lihat info, foto-foto hanya sekilas. Suatu waktu kami chatting.

Pangajian : Hello...
Saya       : Hello juga.
Pangajian: Mksh buat infonya... (dia bth tmn yg bs mbnt tmnnya yg lg lbrn d samosir, wkt itu ak ksh
                 holmes nainggolan, bpn)
Saya       : oh.. sm2. tnggl dmn?
Pangajian : Amrik.
Saya       : wow! Jauh ya..
Pangajian : km tnggl dimn?
Saya       : Bogor..
Pangajian: masih hijau kah..
Saya        : sm aja. udah panas juga.
Pangajian: bndng jg udh digunting ya....
Saya        : mn lg emang yg blm, smua udah.
Pangajian: akibat dr kerakusan pejabat dn antek2nya. tidak hny di indonesia, seluruh bumi mengalami
                global warming. tdk ush demo2 krn makhluk2 itu akan semakin bertambah.
Saya        : makhluk ap?
Pangajian: alien.
Saya        : mang ad?
Pangajian: ad. mrk sangat sk dgn kerkelahian dn darah. smkn ad krbtn smkn mrk berkembang. dst.
Saya        : dst
Pangajian: dsni pukul 3.30 dini hari. sy istrht dl ya...
Saya        : ok, senang bs berteman dgn km, mksh buat smuanya. mdh2n kt bs brtmu.
Pangajian: pst .sy sngt senang bs ngobrol dgn km, lain wkt kt ngobrol lg. daa...
Saya        : daa...

Betapa bangganya saya. Karenanya saya selalu mendorong teman, saudara agar menikmati pentingnya facebook. Tidak ada batasan untuk itu. Sungguh sayang kalau dilewatkan.


 Beberapa teman yang tidak pernah saya sesali kehadirannya di facebook saya. Pdt DTA Harahap dengan Mula harahap, Riri Harahap, dan Agan Harahap(foto)nya (berniat untuk menulisnya), kawan-kawan KASBI dengan politik dan perjuangannya, Bona Pasogit Nainggolan dengan info dan danau tobanya, Aman durga sipatiti dengan tato krennya, Saouth Nainggolan dengan ledekannya, Pangajian Pane dengan aliennya, Buha Nainggolan dengan kehilangannya, semua dan semuanya.





Tidak ada batasan mencari ilmu. Disinilah saya menemukan banyak hal, disinilah saya mengetahui banyak hal, dan disini jugalah saya mengetahui masih banyak lagi yang belum saya ketahui dan disini jugalah saya mengetahui betapa bodohnya saya.

Jumat, 08 Oktober 2010

AIRMATA

"Air mata adalah simbol kepekaan jiwa.

Jiwa yang kering akan cinta,

mustahil mampu mengeluarkan airmata,

sebab airmata hanya milik jiwa-jiwa yang terbuka".